Laman

Senin, 31 Januari 2011

Desa Nuse Rawan Pangan, Warga Konsumsi Buah Beus Sebagai Pengganti Beras


BA’A, WARTA SELATAN –
Ini memang aneh, saat musim tanam 2010/2011 sebagian besar masyarakat kabupatejavascript:void(0)n Rote Ndao bergembira karena curah hujan yang cukup dan datangnya lebih awal, namun bagi warga desa Nuse, kecamatan Rote Barat malah sebaliknya. Desa Nuse mengalami rawan pangan sehingga mengkonsumsi buah BEUS (nama lokal, red) untuk buah dari sejenis pohon bakau, sebagai pengganti beras sejak musim hujan November 2010 lalu.

Kondisi ini tidaklah menjadi aneh, apabila orang tahu bagaimana karakteristik wialayahnya. Desa Nuse yang merupakan wilayah kepulauan seluas 7 km persegi itu, merupakan wilayah yang kondisi tanahnya berpasir. Kondisi alamnya ini membuat penduduk desa Nuse yang berjumlah 387 jiwa (117 KK) menggantungkan hidupnya pada laut sebagai sumber mata pencaharian mereka.

Menurut Ketua Majelis Jemaat Patmos desa Nuse, Pdt. Sepri Haan, S.Th kepada wartawan di Ba'a, Senin (31/1) siang, warga desa Nuse terpaksa harus mengkunsumsi buah BEUS sebagai pengganti makanan utama (beras). Hal ini dikarenakan selama musim hujan warga di desa tersebut yang 97 persen hidup sebagai nelayan, tidak bisa melaut karena cuaca buruk. Akibatnya mereka tidak ada penghasilan.

Sepri Haan yang saat itu didampingi rekannya dari Litbang Klasis Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Rote Barat Laut, dan Pdt. Iswardi Lay, S.Th, menjelaskan bahwa sesuai pentauan pihak Klasis RBL di Nuse beberapa waktu lalu, warga Nuse mengatakan, selama musim hujan mereka tidak bisa melaut karena cuaca buruk. Dan, karena tidak melaut itu sehingga tidak ada penghasilan baik sebagai nelayan tangkap maupun dari hasil budi daya rumput laut sebab sudah dua tahun terakhir mengalami gagal tanam dan panen.

"Memang tahun ini curah hujan bagus sehingga merupakan berkah bagi petani Rote Ndao, namun bagi nelayan di desa Nuse menjadi malapetaka. Sebab kondisi tanah disana tidak cocok menanam tanaman pangan. Kalau pun ada yang bisa ditanam hanya pepaya dan semangka saja, sementara jagung dan sebagainya tidak akan jadi karena tanahnya berpasir,” kata Sepri diamini Iswardi Lay.

Dikatakan, bulan November 2010 lalu di Nuse terjadi wabah muntaber, hal ini sebenarnya penyebabnya adalah terlampau banyak mengkonsumsi buah BEUS. Bagi warga Nuse makan buah buah tersebut sudah biasa, namun akibat rawan pangan sehingga tiap hari makan BEUS itulah maka mereka terserang muntaber.

“Buah tersebut biasa dimakan sebagai makanan selingan warga Nuse. Namun buah itu harus direbus beberapa kali sampai lendirnya hilang baru diolah dengan santan menjadi seperti bubur dan dimakan. Karena makan santan terus sehingga warga, terutama anak-anak rentan terhadap muntaber,” ujar dia.

Dikatakan, menurut warga dan penjabat Kepala Desa Nuse, Joni Lani, pada bulan Desember 2010 pemerintah Rote Ndao melalui Dinas Sosial telah membantu beras sebanyak satu ton. Dan, bantuan penanggulangan muntaber sebanyak 500 kg, selain raskin yang ditebus dengan Rp. 1.500/kg. Meski demikian, tidak mencukup konsumsi dalam satu bulan.

Ditambahkan, dari hasil pantauan yang dilakukan Klasis Rote Barat Laut di Nuse, telah dilakukan aksi solidaritas untuk memberikan bantuan sembako kepada warga desa tersebut. Menurut rencana akan diserahkan langsung Ketua KPWK Rote Barat Laut (RBL), Pdt. Eka Logo-Mozes, S.Th pada 8 Februari yang akan datang.

“Kami dari Klasis Rote Barat Laut telah melakukan aksi solidaritas untuk sekedar membantu warga Nuse yang mengalami rawan pangan. Bantuan akan diserahkan langsung di Nuse oleh Ketua KPWK RBL,” kata Pdt. Sepri Haan. (fj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar