Laman

Minggu, 06 Februari 2011

Produksi Rumput Laut dan Tangkapan Nelayan Rote Ndao Belum Pulih



BA’A, WARTA SELATAN – Hasil produksi para pembudidaya rumput laut di di pesisir kabupaten Rote Ndao, masih belum pulih seperti sediakala (dalam kondisi stagnan), seperti ketika Februari 2010 lalu dilakukan pengamatan oleh Tim Nasional dampak pencemaran laut akibat kebocoran kilang minyak lepas pantai milik PTTEP Australasia, Australia. Hal yang sama pula terjadi dengan produktifitas nelayan tangkap yang saat ini jauh dibawah hasil yang biasanya diperoleh sebelum terjadinya pencemaran tersebut.

Demikian disampaikan anggota Timnas penanggulangan pencemaran laut Timor, dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor, Yudi Wahyudin kepada koran ini di Ba’a, Sabtu (5/2) malam.

Dikatakan Yudi Wahyudin, dari hasil pengamatan yang dilakukan tim secara repeat, serta dialog dengan masyarakat pesisir Rote Ndao selama Jumat (4/2) dan Sabtu (5/2), kenyataannya produksi para nelayan budidaya rumput laut masih dalam kondisi stagnan, sementara produktifitas nelayan tangkap pun masih jauh dibawah kondisi saat sebelum terjadinya pencemaran.

Menurut dia, khusus untuk budidaya rumput laut, terjadi semacam kondisi traumatik yang dialami nelayan pembudidaya di Rote Ndao, sebab setelah pencemaran akhir Agustus 2009, pada musim tanam 2010 mereka kembali mencoba berusaha lagi. Namun investasi yang boleh dibilang besar bagi ukuran mereka (nelayan pembudidaya rumput laut, red) hasilnya malah rugi.

Sementara untuk nelayan tangkap, kondisinya kalau dahulunya mereka melakukan penangkapan di areal tangkap yang dekat saja hasilnya sudah cukup lumayan, tapi akibat pencemaran, mereka harus ke areal yang lebih jauh. Hal ini tentunya harus ada tambahan bahan bakar dan biaya lain-lain lagi, sementara hasilnya masih belum tentu.

Ketika ditanya apakah kedatangannya berkaitan dengan pemutahiran data akibat klaim gugatan tersebut ditolak pihak PTTEP Australasia? Yudi dengan diplomatis katakan, kedatangan Timnas semata hanya untuk melihat kondisi setelah setahun lebih terjadinya pencemaran, apakah ada perkembangan ke arah yang lebih baik atau tidak. Dan, ternyata kondisi masih sama seperti Februari 2010 lalu.

“Apa yang kami dapat dari pemantauan selama 2 hari ini, akan kita godok dan hasilnya akan disampaikan kepada Timnas dan mungkin ini ada manfaatnya bagi Tim Advokasi yang bertugas melakukan negosiasi dengan pihak PTTEP Australasia,” kata dia.

Masih menurut Yudi Wahyudin, dalam kesempatan betemu nelayan di pesisir Rote Ndao, Tim yang terdiri dari Kementerian KLH, Perhubungan, Bapedalda Provinsi NTT, Adpel Kupang, dibantu Dinas terkait Pemkab Rote Ndao juga telah disampaikan bahwa pemerintah pusat dalam hal ini diwakili Tim Advokasi pencemaran Laut Timor terus melakukan negosiasi dengan pihak PTTEP Australasia, melakukan yang terbaik bagi masyarakat nelayan yang terkena dampak pencemaran tersebut.

“Kami sampaikan kepada para nelayan budidaya dan tangkap yang ada di Rote mulai dari Nemberala sampai Mulut Gurita bahwa pemerintah pusat akan lakukan yang terbaik bagi masyarakat. Namun harus dapat dimaklumi bahwa klaim ganti rugi ini tidak semudah yang kita pikirkan dan tidak secepat yang kita bayangkan. Dan, hampir semua dri mereka dapat memaklumi kondisi yang kami sampaikan bahwa negosiasi sementara berlangsung dan pasti akan ada hasilnya,” ujar peneliti IPB ini. (fj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar